Bocah Itu Namanya Shibaa
Dialah Shibaa. Bocah kelas satu SD Negeri. Usianya 6 tahun 4 bulan. Masuk sekolah karena keinginan neneknya. Sebagai anak, sang ibu patuh pada nenek. Dan inilah kesempatan untuk melihat kecintaannya belajar.
Kini masuk semester dua. Nilai-nilai rapot di semester satu menunjukkan nilai yang cukup. Ibunya terlihat biasa saja, ya tidak antusias melihat angka-angka yang tercetak di rapot. Sebaliknya, neneknya begitu semangat dan tersenyum bangga melihat daftar nilai di rapot.
Bagi ibunya, nilai hanyalah nilai. Mungkin saja ada rasa kasihan atau tambahan komentar "dia cucunya kepala sekolah". Walaupun neneknya bukan kepala sekolah di SD tersebut.
Bagi ibunya, kemandirian dan kecintaannya belajar yang lebih diutamakan. Kenapa? Jika anak mandiri, anak paham bagaimana haris bersikap. Ketika dewasa nanti bukankah kita harus bisa menghadapi indahnya hidup? Beragamnya kehidupan? Rupa-rupa cerita? Dan melimpahnya berita yang perlu disortir?
Lalu kenapa harus cinta belajar? Bocah ini cita-citanya menjadi anak solehah. Apakah bisa tanpa belajar dia menjadi anak solehah?
InsyaAllah, dengan belajar dia akan tahu caranya menjadi solehah. Dengan belajar dia akan tahu bagaimana bergaul sesuai dengan nilai-nilai agama. Dengan belajar dia akan tahu artinya mencintai. Dengan belajar dia akan mengerti bahwa menjadi solehah itu dengan mencintai Allah. Ya, cinta belajar itu menyenangkan!
Bocah ini sudah mulai sekolah sejak usia empat tahun. Ketika itu, masuk sekolah hanya 1x daoklam 1 bulan. Prestasi banget deh kalau masuk 1x dalam dua minggu. Sekalinya sekolah, dia tertidur di kelas. Dipaksa? Tidak. Karena bukan masuk sekolahnya yang ibunya inginkan. Tapi belajar bagaimana hidup itu adalah mengenal orang lain dengan cinta.
Kejutan tiba ketika bocah ini berusia lima tahun. Masih di sekolah yang sama seperti tahun sebelumnya. Bocah ini pasti menangis jika tidak sekolah. Masuknya pukul 14:00 hingga 16:00. Istirahat sesukanya. Sebelum masuk berbaris rapih sambil bernyanyi. Tapi bocah ini gak mau berbaris. Dari ayunan, dia melihat teman-temannya berbaris. Dia memperhatikan teman-temannya sambil memenuhi mulutnya dengan makanan. Bocah ini pun tidak pernah terlambat. Tapi sering tertidur di rumah ketika jam sekolah 😁.
Lalu apa obsesi ibunya? Obsesinya adalah anaknya menjadi solehah. Sekolah ketika itu adalah TK Alqur'an yang uang masuknya Rp400.000 -yang masih ada orang tua mencicilnya- dan iuran perbulannya Rp20.000 -banyak yang menunggak-. Ada 3 ruangan, dengan 3 guru honorer dengan gaji bulanannya Rp300.000 -entah dibayar atau enggak kalau banyak yang menunggak-. Setelah 16:00 berganti dengan kakak kelas yang di SD-nya kelas 4,5,6.
Bocah ini bahagia sekolah di sana? Yap! Bahagia sekali. Bisa saja ibu dan ayahnya menyekolahkan ke TK yang lebih baik sarana dan prasaranya. Tapi kehidupan beragam tidak didapatkan seindah lingkungan TKA tersebut.
Lalu hasil apa yang didapatkan ketika selesai TK? Mengaji. Alhamdulillah. Bukan hafalan atau cepatnya dia pindah halaman iqra. Tapi pemahamannya dalam membaca iqra' dengan makhrojul huruf yang masyaAllah, jelas banget. Seperti Alif dengan 'Ain misalnya. Alhamdulillah.
Ibu dan ayahnya melihat perkembangan bocah ini yang setiap hari makin percaya diri dan lebih mengenal dirinya. Kesederhanaan yang terbentuk. Sifat empati yang muncul. Mudahnya dia menderma. MasyaAllah.
Dan saat yang tidak diduga oleh ibu dan ayahnya, yaitu saat neneknya menawarkan untuk sekolah di SD Negeri sebelum usianya genap enam tahun, bocah ini sangat senang. Ah ibu mana yang tidak suka dengan ekspresi senangnya si anak?
Satu semester sudah berlalu. Kini memasuki semester dua. Dan pertanyaan
"Nak, bagaimana rasanya sekolah?"
"Aku seneng banget bu!" Dengan sangat gembira sekali dia ungkapkan.
"Apa sih yang membuatmu seneng banget?" Ibunya kepo setengah mati.
"Aku pengen bisa baca, biar bisa baca semua buku yang ada di rumah, bisa baca text dimana-mana bu"
"Aku pengen nulis, nanti aku nulis surat untuk ibu, ayah, nenek, aki, jadi surprise bu"
Selama satu semester lalu. Bocah ini sudah bisa baca, lancar menulis. Dan kemudian sering membuat surat, surprise (kado dengan ucapan), membuat buku, dan keseruan lainnya.
Oiya, bocah ini anti telat. Dia akan sedih kalau telat. Karena dia sudah punya tanggungjawab. Dia ditunjuk menjadi Ketua Kelas. Barakallahu nak! Ibunya sempet gak percaya.
"Bu aku tadi nyiapin di depan kelas"
"Wah senangnya, suaranya mesti kedengaran sampe temen paling belakang ya?"
"Iya bu suaraku bisa besar" dia tahu teknik suara perut ala-ala pemimpin upacara 17 agustusan.
"Yang nyiapin ganti-gantian ya?"
"Kalau mulai belajar dan pulang itu aku yang nyiapin bu" dia jawab dengan polos dan jujur 😂.
Padahal ibunya gak percaya. Biasa sok-sok-an jadi detektif, pake nanya intrograsi.
Karena gak percaya, ibunya ngintip di jendelan. Ih bener loh dia yang nyiapin dengan teknik nafas perut 😂.
Ah bocah ini sudah paham kalau punya tanggungjawab.
0 komentar:
Posting Komentar