Cerita Kelahiran Sesar/Caesar (Caesarean Section)
***
Pagi itu, saya merasakan ada rembesan di celana dalam, lalu saya dan suami langsung ke rumah sakit untuk mengecek apakah rembesan itu termasuk air ketuban atau bukan.
Sesampainya di rumah sakit, saya melakukan tes sederhana, hasilnya rembesan tersebut bukan air ketuban. Alhamdulillah. Namun, suster menyarankan saya untuk tetap di rumah sakit mengingat saya sudah pembukaan 1, dan jarak rumah saya lumayan jauh. Menurut mereka, supaya lebih aman saja. Oke, kami setuju dengan pertimbangan pihak tenaga kesehatan lebih mengetahui apa yang harus kami lakukan sebagai calon orang tua.
Saya pun menginap di ruang bersalin, dengan perasaan stres, hahaha. Gimana gak stres ya, saya di ruang bersalin, dengan perut buncit, suster mondar-mandir cek saya, sedangkan pembukaan masih tetap di angka 1. Saya stres setiap mau dicek dalam. Huhu. Daaaan mereka pun menyarankan untuk induksi, supaya pembukaan dipercepat. Hmmm ya dari pada saya lama-lama di rumah sakit. Dan kebetulan di rumah sakit lain, teman saya pun sedang diinduksi. Pikiran saya ketika itu, mungkin memang begini prosedurnya, induksi untuk mempercepat melahirkan. Oke deh. Induksi pertama masuk lewat Ms.V. Empat jam berlalu, tidak ada rasa mules yang huebat. Yang kata orang kalo induksi itu suaaakiit banget. Ini ternyata gak. Ya biasa cek dalem dengan komentar, masih pembukaan 1 bu. Udah sakit dicek dalem, eh masih bukaan 1. Syedih ciiiiin, makin stres 😭.
***
Induksi kelima sudah berlalu. Kurang lebih 4 jam x 5 induksi = 20 jam berlalu dengan tidak ada kontraksi atau rasa mules. Saya sudah coba jalan wara wiri keliling rumah sakit, naik turun tangga, jongkok, tetep saja ga ada kontraksi.
Saya bingung sebenarnya harus ngapain selama diinduksi itu. Karena tenaga kesehatan di rumah sakit itu tidak membimbing saya harus melakukan gerakan apa supaya bisa membantu mempersingkat kelahiran selain induksi.
Tingkat emosi sudah gak jelas, ditambah setelah cek detak jantung ternyata detak jantung bayi saya hilang, hilang 6 menit. Suami sedang sholat jum'at, bidan panik langsung pasang oksigen, saya bingung atur napas sambil nangis. Harus memaksakan diri ikhlas menerima kenyataaan harus sesar. Menelepon suami untuk segera datang seketika selesai sholat jum'at.
Ikhlas harus masuk ruang operasi untuk kedua kalinya setelah operasi kedua payudara saat hamil 2 minggu. Ikhlas harus merelakan keinginan melahirkan secara vaginal. Ikhlas harus sedia disuntik anestesi lagi. Ikhlas harus memasrahkan seluruh tubuh untuk rileks saat masuk ruang operasi. Ikhlas menerima kenyataan bahwa setiap individu dilahirkan secara unik.
****
Saya sempat berteriak meminta IMD saat bayi saya keluar dari perut saya di ruang operasi. Tapi bayi saya langsung ditangani sesuai prosedur rumah sakit. Alhamdulillah suami saya sigap langsung mengikuti kemana bayi saya dibawa dan melihat apa saja yang dicek. Sambil meminta bayi saya segera IMD pada ibunya. Namun, suster bilang bayi saya gula darah rendah jadi harus susu formula, tapi ditolak dengan lantang oleh suami saya. Suami saya tetap meminta IMD segera. Terjadi perdebatan yang lumayan ngotot ya antara suami, suster, bidan, dan dokter. Begitu cerita suami.
Sampai saya tiba di ruang pemulihan (bener ya namanya? ruang setelah pasien keluar dari ruang operasi), suami saya sedang meminta segera IMD pada seorang suster yang sedang menggendong bayi saya, dan bayi saya tiba-tiba tubuhnya berwarna biru. Saya panik dan menangis. Akhirnya bayi saya IMD. Kurang lebih 30 menit menepel langsung dengan kulit saya sambil belajar menyusui. Tubuh bayi saya kembali normal dan setelah dicek gula darah normal. Alhamdulillah segala puji bagi Allah. Bahagia sekali bisa melihat dan menyentuh bayi saya yang sempat kehilangan detak jantungnya.
***
Hari pertama
Perasaan cemas masih berlanjut kembali di ruang perawatan, bayi saya demam. Saya gak tahu karena apa, maklum masih ibu baru, sebentar-sebentar saya panggil suster bayi. Saya tanya bayi saya kok demam ya. Padahal saya sering susui. Tanggapan mereka malah meminta bayi dibawa untuk diobservasi dengan alasan kemungkinan bayi terlalu sering menempel dengan ibu. Tapi ditolak oleh suami saya.
Saya merasa bingung sih, ketika itu saya pikir karena ac yang terlalu dingin jadi respon bayi demam. Tapi entah saya gak panik lebay gitu sih, cuma punya insting "mungkin kalo menyusui akan lebih baik".
Alhamdulillah bayipun tidak demam lagi.
***
Hari kedua
Saya belajar duduk, berjalan, mengurus bayi dan menyusui yang benar.
***
Hari ketiga
Ketika saya akan pulang, bayi pun demam lagi. Saya tertahan di ruang bayi, dan saya meminta kesempatan untuk menyusui bayi saya. Kurang lebih 1 jam. Demam turun dan saya diperbolehkan pulang dengan dibekali resep dari dokter by phone. Hahaha. Sambil susternya bilang, bu lebih baik ditebus obatnya daripada di jalan kenapa-kenapa. Cuma sayangnya saya sudah tanda tangan surat penolakan pemberian obat 😝.
Selama perjalanan pulang ke rumah orang tua, bayi nyaman dan tidak rewel. Alhamdulillah terima kasih asi 😘😘😘
***
Baca cerita perawatan luka operasi sesar di sini
0 komentar:
Posting Komentar