Status Gizi Anak
Malam ini sambil ditemani alunan instrumennya Kenny G membuat nostalgia ke jaman mahasiswa di mana saya bisa lebih mudah belajar jika tidak vokalis dalam musiknya hahaha. Puyeng aja kalo dengerin lagu yang ada vokalisnya :p
Jadi, otak lagi rileks dari pikiran yang berat-berat pada akhirnya membawa saya ke jurnal yang membahas tentang gizi anak. Jurnal ini seru sekali karena membahas status gizi anak dari 7 variabel dan metode perhitungannya menggunakan Chi-Square dan Mutivariat. Saya jadi penasaran untuk mendapatkan data itu dan mengolahnya dengan software R. Karena si penulis jurnal tersebut mengolah datanya dengan SPSS.
Jurnal tersebut berjudul "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PEDESAAN" (Teknologi dan Kejuruan, Vol.33, No.2, September 2010: 183-192)
Walaupun terbit tahun 2010 tapi ilmu bisa kita ambil sebagai hikmah dan memang penting banget. Saya belum menemukan bantahan dari jurnal ini.
Kenapa jurnal ini dibahas? Karenadalam jurnal itu, penulis memberikan informasi bahwa "Gizi kurang dan gizi buruk masih merupakan masalah kesehatan masyarakatdi Indonesia. Asupan gizi yang baik sering tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak, diantaranya karena faktor ekonomi keluarga, pendidikan, dan jumlah keluarga."
Penelitian dilakukan dengan survey dan analisis data dilakukan secara deskriptif melalui chi-square dan regresi multivariat dengan jenis regresi logistik.
Hasil analisa datanya menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan berhubungan dengan status gizi anak adalah jenis pekerjaan ayah dan jenis pekerjaan ibu.
Penelitian tersebut dilakukan di 7 provinsi di Indonesia yaitu Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat (Lombok), dan Sulawesi Selatan. Ketujuh provinsi ini dipilih karena jumlah penduduknya mencakup 70% dari total penduduk Indonesia. Wow padet ya hihi. Setiap wilayah dibagi berdasarkan sampling PPS (Probability Proportional to Size). Desa yang terpilih menyediakan daftar seluruh rumah tangga dengan balita.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita maka data yang dikumpulkan meliputi umur anak, jenis kelamin anak, usia orang tua, tingkat pendidikn orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga, lama menyusui dan status gizi balita berdasarkan antropometri.
Masalah gizi yang kurang atau buruk dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian pada janin.
Berdasarkan hasil uji Chi-Square, diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara sebaran kelompok umur balita, sebaran jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan ayah dan ibu, dengan status gizi.
Jika kita kroscek hubungan jenis pekerjaan ayah dan ibu dengan status gizi menggunakan uji Chi-Square. Dan hasilnya adalah adanya hubungan nyata antara jenis pekerjaan ayah dan ibu dengan status gizi.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang terjadi dalam ukuran, jumlah, besar, tingkat fungsi sel, organ maupun jaringan yang dinyatakan dalam ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Peranan wanita dalam mengasuh dan membesarkan anak begitu penting. Sehingga membuat pendidikan bagi anak perempuan menjadi sangat berarti.
--- bersambung ---
Walaupun terbit tahun 2010 tapi ilmu bisa kita ambil sebagai hikmah dan memang penting banget. Saya belum menemukan bantahan dari jurnal ini.
Kenapa jurnal ini dibahas? Karenadalam jurnal itu, penulis memberikan informasi bahwa "Gizi kurang dan gizi buruk masih merupakan masalah kesehatan masyarakatdi Indonesia. Asupan gizi yang baik sering tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak, diantaranya karena faktor ekonomi keluarga, pendidikan, dan jumlah keluarga."
Penelitian dilakukan dengan survey dan analisis data dilakukan secara deskriptif melalui chi-square dan regresi multivariat dengan jenis regresi logistik.
Hasil analisa datanya menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan berhubungan dengan status gizi anak adalah jenis pekerjaan ayah dan jenis pekerjaan ibu.
Penelitian tersebut dilakukan di 7 provinsi di Indonesia yaitu Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat (Lombok), dan Sulawesi Selatan. Ketujuh provinsi ini dipilih karena jumlah penduduknya mencakup 70% dari total penduduk Indonesia. Wow padet ya hihi. Setiap wilayah dibagi berdasarkan sampling PPS (Probability Proportional to Size). Desa yang terpilih menyediakan daftar seluruh rumah tangga dengan balita.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita maka data yang dikumpulkan meliputi umur anak, jenis kelamin anak, usia orang tua, tingkat pendidikn orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga, lama menyusui dan status gizi balita berdasarkan antropometri.
Masalah gizi yang kurang atau buruk dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian pada janin.
Berdasarkan hasil uji Chi-Square, diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara sebaran kelompok umur balita, sebaran jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan ayah dan ibu, dengan status gizi.
Jika kita kroscek hubungan jenis pekerjaan ayah dan ibu dengan status gizi menggunakan uji Chi-Square. Dan hasilnya adalah adanya hubungan nyata antara jenis pekerjaan ayah dan ibu dengan status gizi.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang terjadi dalam ukuran, jumlah, besar, tingkat fungsi sel, organ maupun jaringan yang dinyatakan dalam ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Peranan wanita dalam mengasuh dan membesarkan anak begitu penting. Sehingga membuat pendidikan bagi anak perempuan menjadi sangat berarti.
--- bersambung ---
0 komentar:
Posting Komentar